Dengarkan Suara Tubuh, Perlunya pemeriksaan kesehatan

Kita tidak tahu persis kondisi tubuh kita saat ini. Hanya .apabila kita melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau check up, baru akan didapati kedapatan ada masalah apa saja dalam tubuh kita.

Potret tubuh kita hari ini, dan itu hanya bisa terlihat kalau dila-kukan pemeriksaan laboratorium, pencitraan organ tubuh, kesimpulan setelah dokter memeriksa secara fisik di kamar praktik. Tanpa melakukan pemeriksaan itu semua, kendati tidak merasa ada keluhan, tidak pula ada gejala, belum tentu semua organ tubuh kita sedang dalam kondisi baik-baik saja.
Itu maka kenapa kita pernah menemukan teman, kerabat, atau siapa saja, yang kemarin masihbertemu, kelihatan masih bercanda, dan tertawa, hari ini meninggalkan kita selamanya. Nampak sehat saja, tidak selalu harus berarti semua di dalam tubuh sesungguhnya juga tidak sedang bermasalah.

Orang Indonesia paling jarang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Padahal sebagaimana diungkap di atas, salah satu cara agar tetap sehat, kita perlu rutin meme-riksakan kesehatan pribadi. Perlu bertemu dokter juga di kala sedang tidak sakit. Terlebih mereka yang punya risiko terkena suatu penya-kit, sebut saja bila mengidap atau berbakat diabetes, hipertensi, lipid darah meninggi, masalah ginjal, atau punya bibit kanker.

Sekarang teknologi patologi klinik semakin berkembang, sehingga yang dulunya tidak mungkin ter-tangkap dengan pemeriksaan darah, urine, tinja sertabahan tubuh lainnya, kini dengan mudah bisa mengungkapnya. Dari darah, bahkan dari air liur saja pun kini sudah bisa mengungkapkan adanya kanker, selain bisa juga mengungkap saat awal serangan jantung, selain banyak pula temuan baru untuk melacak dan menghidu adanya penyakit tertentu yang tidak tertangkap oleh sebatas hanya
pemeriksaan fisik di kamar praktik dokter.

Kita tahu untuk mendiagnosis suatu penyakit, belum tentu cukup hanya dilakukan oleh dokter di ka-mar praktik. Bila hanya sekadar flu, radang mata, radang hidung, kebanyakan penyakit kulit, misalnya, tidak memerlukan pemeriksaan pem-bantu untuk menegakkan diagnosis-nya, dokter bisa mendiagnosisnya di kamar praktik. Kalau ada penyakit lain yang sudah nyata gejala, dan tanda penyakitnya di kamar praktik, namun dilakukan juga pemeriksaan pembantu darah, urine, tinja, dan radiologi, itu hanya untuk memastikan penyakitnya saja. Serangan ayan, misalnya, sudah langsungbisa di diagnosis hanya dengan melihat gejalanya. Namun perlu diperiksa rekam listrik otak {electro encephalography) untuk mememastikannya, selain untuk melacakjenis ayannya.

Gangguan lambung bukan cuma satu, tapi di kamar praktik dokter sudah bisa mendiagnosisnya. Namun untuk mengetahui apa jenis kelain-an lambungnya, adakah kuman di sana, sudah seberapa parahkah, di-perlukan pemeriksaan darah selain harus peneropongan lambung {endoscopy). Demikian pula kasus diare, hanya mendengar riwayat pasien, memeriksa peristaltik usus dengan stetoskop pada dinding pe-rut, dokter sudah bisa mendiag-nosis apa jenis diarenya, apakemung-kinan penyebabnya. Baru diperlu-kan pemeriksaan pembantu kalau diare berkepanjangan.

Sekarang hampir semua kanker sudah dapat dideteksi oleh pemeriksaan darah bila dari pemeriksaan di kamar praktik dokter mencurigai ada kemungkinan kanker, selain mungkin diperlukan pemeriksaan radiologi yang kini makin berkem-bang peralatannya. Itu berarti mestinya kanker apa pun tidak perlu lolos dari pengamatan medis, kalau kita rutin memeriksanya,

khususnya mereka yang berbakat kanker karena punya riwayat warisan genetik kanker. Dari pemeriksaan biomarker (tumor marker) memudahkan kita mendeteksi adanya kanker lebih dini hanya dari pemeriksaan darah.

Kini bukan saja berkembang kemampuan menangkap hadirnya suatu penyakit, temuan bertambahnya kemampuan untuk lebih awal menangkap adanya suatu penyakit sudah banyak membantu dunia medis, sehingga penyakit bisa dikenali jauh lebih dini, dan pengobatan bisa diberikan lebih pagi, serta tingkat kesembuhan menjadi lebih besar. Tifus, DB (demam berdarah), mendeteksi kehamilan, misalnya, sudah bisa dideteksi jauh lebih awal.

Namun oleh karena masih banyak yang kurang waspada akan kemunculan suatu penyakit akibat pemeriksaan kesehatan rutin bukan acara wajib, masih banyak kasus penyakit tiba di kamar praktik dok-ter dalam kondisi sudah telanjur parah. Ihwal itu banyak terjadi di antara kita. Kalau terkena kanker, biasanya sudah stadium sangat lan-jut. Demikian pula kalau hipertensi entah sudah berapa lama hidup ber-sama tekanan darah yang lebih dari normal, dan sudah seberapa lebar menjalar ke banyak organ sebagai komplikasi yang ditimbulkannya. Bahkan baru tahu hipertensi setelah mata terjadi.
Bukan satu-dua kali saya mene-mukan kasus hipertensi yang keda-patan secarakebetulan. Waktu pa-sien ditanya apakah tahu kalau tensinya tinggi, pasien menggeleng, mengaku karena seumur hidup tidak pernah diperiksa tekanan darahnya.

Yang sama bisa terjadi bila orang mengidap diabetes, seringbaru kedapatan secara kebetulan ketika dokter meminta periksa kadar gula darah. Pasien umumnya berdalih tidak ada keluhan apa-apa dengan tubuhnya.

"Dengarkan suara tubuh"


Boleh dibilang hampir semua penyakit awalnya tanpa keluhan. Jadi bila kita tidak merasakan apa pun hari ini, bukan berarti tubuh kita sudah terbebas dari penyakit apapun. Hipertensi nyaris tanpa keluhan atau asymptomatic. Demi-kian pula lipid atau lemak darah yang meninggi, diabetes, gangguan ginjal, atau hati. Dua organ tubuh ini besar kemampuan toleransi dan adaptasinya, sehingga sebelum kerusakan cukup luas, fungsinya belum terganggu. Baru kalau sudah merusak sebagian besar organ, gangguan fungsinya baru bermanifestasi sebagai keluhan. Hanya bila pada kondisi belum ada keluhan begini dilakukan pemeriksaan darah, atau pencitraan organ tubuh, adanya gangguan organ sudah akan kelihatan.
Awal penyakit muncul umumnya menampakkan keluhan, tanda pe-nyakit, selain gejala. Dokter mem-pelajari tabiat setiap penyakit, sehingga dari gabungan keluhan, tanda, dan gejala, dokter bisa me-nyimpulkan apa jenis penyakitnya. Namun masalahnya, seperti sudah diungkap, kendati penyakit sudah mulai berproses di dalam tubuh, keluhannya belum tentu terasakan. Mungkin belum ada pula tanda, seperti ruam kulit, munculnya bercak khas pada selaput lendir mulut pada difteria, atau bercak pada putih mata pada kekurangan vitamin A, atau adanya bercak gambaran kupu-kupu pada wajah (butterfly signs) pada penyakit lupus. Pada kondisi demikian, hanya bila diperiksa darah, semua penyakit yang belum ada keluhan dan muncul tanda, bisa dokter diagnosis.

Diabetes, paling stadium awal sekalipun hanya bisa didiagnosis dari pemeriksaan gula dalam darah. Mendengar keluhan sering kencing, sering haus, sering lapar saja, seba-gaimana spesifik pada kasus diabetes, hanya menumbuhkan dugaan, persangkaan adanya diabetes, sehingga itu yang mengundang dokter untuk berpikir kemungkinan (suspect) adanya kencing manis.

Peliknya, keluhan, tanda, dan gejala yang belum tentu khas milik suatu penyakit, karena belum tentu semua penyakit hadir utuh bulat dan lengkap sebagaimana dokter mempelajarinya dalam buku teks. Itu maka analisis terhadap yang dokter lihat pada tubuh pasien, yang dokter dengar dari keluhan pasien, riwayat penyakit di belakangnya, serta gejala kalau memang ada, hanya menumbuhkan persangkaan akan suatu penyakit atau medis menyebutnya differential diagnoses (diagnosis banding). Kepastian apa yang ada di kepala dokter sebagai persangkaan akan suatu penyakit, diandalkan pada hasil pemeriksaan pembantu yang dokter minta pasien melakukannya.

Sikap arif pasien hendaknya menaruh perhatian terhadap "suara tubuh". Terhadap jeritan bagian tubuhnya sendiri, yang diduga keras, itu awal dari penderitaan atau terganggunya suatu organ tubuh. Mungkin belum utuh muncul sebagai sebuah keluhan akan suatu penyakit. Masih sedang dalam kondisi masih sangat awal bakal munculnya penyakit pada organ tubuh tertentu.

Kalau dada terasa nyeri, misalnya, itulah mungkin suara jantung, kemungkinan jatung sedang menjerit. Maka dengarkanlah. Adapun makna mendengarkan itu bermakna tidak mengabaikannya, melainkan mengindahkannya, dengan cara minta pertolongan dokter menerjemahkan suara tubuh itu supaya diperiksa lebih lanjut, memastikan apakah benar memang jantung sedang bermasalah. Dan sekiranya benar ada apa-apa dengan jantung, maka pemulihannya jauh lebih mudah dan seder-hana, dengan ongkos yang tidak harus besar, karena masih kondisinya masih sangat awal.

Demikian pula bila ada sesak napas, mungkin paru-paru sedang menjerit. Atau kalau lutut terasa nyeri, mungkin sendi lutut sedang menjerit. Atau perut sering mulas, berarti saluran pencernaan sedang menjerit. Kepala sering terasa nyeri, kemungkinan otak sedang menjerit, nyeri pinggang dan urine berubah sifat, kemungkinan ginjal sedang menjerit.

Sudah diungkap, makin awal penyakit terdeteksi, makin besar tingkat kesembuhan, makin mudah dan sederhana upaya pemulihan, dan makin ringan ongkos berobat.

Mendengar suara tubuh berarti mengindahkan gejala yang sudah timbul.


Keprihatinan kita, rata-rata pasien kita baru berobat setelah penyakit memasuki stadium berat, kalau bukan tergolong penyakit kritis. Padahal penyakit kritis (criticial illness) jauh lebih besar ongkosnya, belum tentu pula berhasil kesem-buhannya.

Adapun keluhan, tanda, dan gejala penyakit yang perlu dicurigai kalau itu betul mewakili kehadiran suatu penyakit, apabila bertabiat semakin hari semakin bertambah atau makin progresif perkembang-annya. Nyerinya makin sering dan bertambah nyeri. Keluhan yang sama makin hari makin sering, dan atau makin nyata, demikian pula bila ada gejala yang pihak medis bisa melihatnya, maka itulah yang punya nilai bermakna, dan harus menjadi kewaspadaan pasien. Apabila keluhan hanya muncul sekali-dua, setelah itu tidak lagi, boleh disimpulkan itu bukanlah sesuatu yang perlu diwaspadai. 
Copyright © Jago Kesehatan. All rights reserved.